
JABAR PASS — Film drama romantis “Sampai Jumpa, Selamat Tinggal” garapan sutradara Adrianto Dewo resmi tayang di seluruh bioskop Indonesia mulai hari ini. Diproduksi oleh Adhya Pictures dan Relate Films, film ini mengangkat realita cinta modern yang rumit dan penuh emosi.
Mengisahkan Wyn (Putri Marino) yang mendadak di-ghosting oleh kekasihnya Dani (Jourdy Pranata) yang pindah ke Korea Selatan, film ini mengikuti perjalanannya mencari kejelasan hubungan. Di negeri ginseng, Wyn bertemu Rey (Jerome Kurnia), pekerja migran asal Indonesia yang menjadi teman seperjalanan dalam upaya menemukan jawaban. Tak disangka, pencarian itu malah membuka lembaran baru dalam hidup Wyn.
Ghosting: Luka Tanpa Penjelasan
Isu ghosting jadi sorotan utama film ini. Putri Marino mengaku banyak orang akan merasa terhubung dengan peran Wyn.
“Ghosting itu meninggalkan tanpa penjelasan, dan itu sangat menyakitkan. Kita jadi terus bertanya-tanya, ‘Aku salah apa?’. Wyn mewakili banyak orang yang pernah mengalami hal itu,” ujar Putri.
Closure: Penutup yang Paling Sehat
Jourdy Pranata menyampaikan bahwa closure adalah bentuk tanggung jawab emosional dalam hubungan.
“Setiap orang berhak mendapat penjelasan. Dani tidak memberi itu ke Wyn, dan itu menyisakan luka. Closure, walau menyakitkan, adalah langkah penting untuk menyembuhkan,” katanya.
Kesepian: Kehilangan yang Mengubah Hidup
Jerome Kurnia menggarisbawahi dampak kesepian lewat karakternya, Rey, dan karakter Vanya (Lutesha).
“Kesepian bisa membuat orang kehilangan arah. Kadang mereka mencari pelarian, dan itu bisa sangat destruktif. Film ini menggambarkan itu secara jujur,” kata Jerome.
Hubungan Toxic: Bertahan karena Terbiasa
Lutesha menyoroti dinamika toksik dalam hubungan Wyn dan Dani yang meski menyakitkan, sulit ditinggalkan.
“Sering kali kita bertahan karena sudah terbiasa, bukan karena sehat. Padahal, luka-luka itu terus menumpuk,” jelasnya.
Support System: Cinta Tak Selalu dari Pasangan
Kiki Narendra, yang memerankan sahabat Wyn bernama Anto, menekankan pentingnya teman dalam fase sulit.
“Anto itu sahabat yang logis, hadir tanpa menghakimi. Film ini menunjukkan bahwa cinta juga bisa datang dari dukungan pertemanan yang tulus,” ujarnya.
Lebih dari Sekadar Romansa
“Sampai Jumpa, Selamat Tinggal” bukan sekadar film cinta. Ia mengajak penonton merenungkan isu-isu cinta dewasa: ghosting, kehilangan, hubungan beracun, dan pentingnya penyembuhan emosional. Film ini adalah cermin bagi siapa pun yang pernah patah hati, dan pengingat bahwa kita tetap bisa tumbuh dari luka.