JABARPASS – Haji Cepat Mujamalah Indonesia (HCMI) Cabang Jawa Timur yang berkantor pusat di Jalan Lawu, Kalen, Sidomulyo, Kec. Wates, Kabupaten Kediri, terus melakukan berbagai upaya guna membantu umat Islam untuk menyegerakan diri ke Tanah Suci.
Menurut Kepala Cabang HCMI Jawa Timur, Agus Riyadi Afiantono atau yang lebih dikenal dengan panggilan Ara Afian, haji merupakan kewajiban yang harus ditunaikan oleh umat Islam karena merupakan rukun Islam yang kelima utamanya bagi mereka yang memiliki kemampuan.
Ia mengatakan, ada dua keprihatinannya yang muncul dalam kaitannya dengan haji maupun umrah. Keprihatinan pertama, banyak orang yang ingin ke Baitullah untuk haji maupun umrah dan mereka mengklaim sudah memperjuangkannya tapi pada kenyataannya yang akhirnya bisa berangkat jumlahnya sangat sedikit.
Padahal umrah dan haji sebagaimana ditegaskan Rasulullah SAW dari agama ini, jangankan umrah dan haji seluruh agama ini dinyatakan Baginda sebagai mudah dan itu ada di dalam Sabda beliau.
“Tentunya kalimat mudah ini berarti bukan tanpa usaha, tanpa ikhtiar bukan tanpa persiapan. Bahkan bukan tanpa perjuangan, sebab semua membutuhkan persiapan semua butuh diperjuangkan. Tetapi nanti ada persiapan ada perjuangan yang prosedural ditunjukkan oleh Al Quran dan Hadis Nabi,” ungkap Ara yang juga membangun Pusat Konsultasi Itinerary Haji.
Bagaimana mempersiapkan diri secara benar, tambah Ara, dan kemudian persiapan itu ditujukan untuk taqarub. “Setiap ada hamba yang bertaqarub kepada Allah, maka Allah pasti akan respon dengan memberikan kemudahan-kemudahan. Karenanya siapapun yang sudah tahu keutamaan dan berkeinginan untuk memenuhi panggilan ini, dan kemudian melakukan prosedurnya maka dipastikan akan diberikan oleh Allah SWT kemudahan,” ucap owner sekaligus founder Basecamp Marketing Markaz Kampung Bos-Kediri PT Basmalah Jaya Digitalisasi & Distiribusi Multibranding ini.
Adapun keprihatinan yang kedua, lanjut Ara, terkait dengan mereka yang sudah berangkat ke Tanah Suci, namun keberangkatan mereka bukan karena sudah siap bekal. Tetapi keberangkatannya hanya dikarenakan mereka sudah punya biaya dan mampu membayar ongkos untuk berangkat haji maupun umrah.
“Padahal diterima dan tidak diterimanya ibadah bukan persoalan uangnya banyak atau sedikit, bukan persoalan bisa bayar atau tidak bisa bayar. Tetapi diterimanya ibadah ada persyaratan harus sesuai dengan syariat harus sesuai dengan contoh yang diberikan baginda Rasul Muhammad SAW selain dibutuhkan keikhlasan,” tegasnya.
Maka Umar bin Khattab khalifah kedua di masa Rasulullah SAW, kata Ara, saat itu dia sudah menemukan fenomena potensi tidak diterimanya ibadah haji maupun umrah dikarenakan mereka tidak mempersiapkan bekal yang seharusnya dipersiapkan.
Dalam sebuah statementnya, Umar mengatakan, orang yang hajinya benar jumlahnya sedikit walaupun rombongan yang berangkat besar. “Dan hari ini kita temukan fenomena yang sama siapapun yang datang sampai ke Baitullah akan memperhatikan dan menemukan jemaah berperilaku tanpa ilmu, berperilaku tanpa adab dan melakukan rangkaian kesalahan-kesalahan yang sangat besar yang tentunya kembali dalam kondisi seperti itu akan mengalami kerugian yang sangat besar,” tukasnya.
Sebab itu, dia mengajak kaum muslimin untuk melakukan persiapan dan pembekalan diri dengan rangkaian ilmu. Selain itu, meluruskan niat, memperbaiki ibadah, serta rangkaian persiapan-persiapan lain terutama menyesuaikan dengan keutamaan haji maupun umrah.
“Untuk itu insya Allah HCMI siap membantu para tamu Allah menuju ke Arafah dengan aman, nyaman, legal dan berkah. Sesuai dengan tagline kami, Solusi Cepat Menuju Arafah, kami siap membantu dan memberikan pelayanan terbaik kepada umat muslim untuk menunaikan haji,” tutupnya.*