JABARPASS – Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kementerian Agama (Kemenag), Waryono Abdul Ghafur menekankan pentingnya sinergi antar lembaga pengelola zakat agar bisa ikut berperan dalam menanggulangi kemiskinan secara efektif.
Demikian ditegaskannya ketika melakukan kunjungan kerja di kantor Lembaga Amil Zakat (LAZ) Zakat Kita Bersama, di Samarinda, pekan lalu. Waryono juga menyoroti pentingnya kerja sama lintas lembaga tanpa adanya kompetisi antarpengelola zakat.
Menurutnya, pengelola zakat seharusnya tidak bersaing. “Sebab fokus kita adalah bagaimana zakat bisa menanggulangi kemiskinan secara efektif,” harapnya.
Pada saat bersamaan, Waryono juga meminta peran LAZ dalam memberikan pendidikan teologi kepada para mustahik, utamanya dalam konteks pemberdayaan ekonomi. Pendidikan teologi diharapkan dapat mengubah pola pikir mustahik mengenai takdir kehidupan, yang pada akhirnya dapat mempercepat penanggulangan kemiskinan.
“Mustahik perlu diberi pemahaman teologi tentang tauhid, iman, dan takwa. Banyak yang masih berpikir bahwa kemiskinan adalah takdir yang tidak bisa diubah. Padahal, tujuan zakat adalah mengubah mustahik menjadi muzaki,” ungkapnya.
Pendidikan teologi itu, tambah Waryono, harus diselaraskan dengan program pemberdayaan ekonomi yang dilakukan lembaga zakat. Pendidikan teologi dapat diberikan dalam kegiatan pendampingan, yang mencakup materi tentang tauhid, iman, dan takwa.
“Zakat bisa menjadi solusi jika kita fokus pada transformasi mustahik menjadi muzaki,” paparnya.
Sementara itu, Pimpinan LAZ Zakat Kita Bersama, Aziz menyebutkan, lembaganya kini memiliki tujuh staf amil dan satu pimpinan. “Kami menjalankan empat pilar program zakat, yaitu ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan sosial. Tahun lalu, kami menghimpun Rp1,5 miliar dan menyalurkan Rp1,2 miliar,” ujar Aziz.
Menurut Aziz, memasuki akhir tahun 2024, lembaganya telah menghimpun Rp800 juta dan mendistribusikan Rp700 juta hingga semester pertama.
Sedangkan perwakilan BAZNAS Provinsi Kaltim, Badrus Syamsi, mengemukakan pentingnya kolaborasi antara LAZ dan BAZNAS. “LAZ adalah mitra BAZNAS, bukan kompetitor. Fokuslah pada mustahik, bukan berebut muzaki,” sebutnya.*