JABAR PASS – Pemerintah Kota Bandung (Pemkot) tengah merancang dan memetakan dampak penerapan sistem transportasi Bus Rapid Transit (BRT) di kota ini, termasuk mempersiapkan infrastruktur yang diperlukan untuk mendukung implementasi BRT.
“Kami sedang melakukan survei untuk mengidentifikasi wilayah yang akan terpengaruh oleh pembangunan jalur BRT. Beberapa jalur akan memiliki marka jalan khusus dan pemisah (separator). Pemisah tersebut akan menggunakan cat dan beton untuk pembatas jalur,” jelas Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, saat memantau kesiapan proyek BRT pada Rabu, 9 April 2025.
Farhan juga meninjau sejumlah titik yang akan terdampak pembangunan BRT, seperti Halte Alun-alun di Jalan Asia Afrika, Gedung Koperasi di Jalan Otista, Museum Sri Baduga di Jalan BKR, Pintu Masuk ITC Kebon Kalapa di Jalan Moh. Toha, serta Jalan Naripan (Warung Makan Ceu Mar).
“Kami menghitung potensi dampak dari pembangunan jalur BRT ini. Kehadiran BRT dan terminalnya diharapkan dapat memberikan kenyamanan dan keamanan bagi masyarakat, dan itu menjadi prioritas kami,” tambah Farhan.
BRT rencananya akan beroperasi mulai pukul 06.00 hingga 22.00 WIB. Farhan mengingatkan agar halte-halte BRT selalu dirawat dengan baik.
“Pada malam hari, halte-halte akan ditutup dengan tralis pagar untuk mencegah penggunaan halte sebagai tempat tidur atau toilet umum,” tegasnya.
Farhan berharap keberadaan BRT dapat mendorong peningkatan sektor pariwisata di Kota Bandung, mengingat beberapa halte BRT akan terletak di dekat lokasi wisata.
“Ada halte di Tegallega yang berada di depan Museum Sri Baduga. Selain itu, tempat makan seperti Ceu Mar juga akan menarik lebih banyak pengunjung, yang tentunya dapat mendongkrak sektor pariwisata,” ujarnya.





