MELEKATKAN CITRA BUDAYA PARIWISATA

Oleh: Yudhi Koesworodjati

Pada dasarnya minat wisatawan untuk berkunjung ke Daerah Tujuan Wisata memang beragam. Demikian pula daya tarik utama di daerah tujuan wisata juga beragam. Ada wisatawan khusus, yang memang minatnya ke kebudayaan, misalnya melihat museum sejarah kota, atau museum lainnya, sedangkan daya tarik lainnya buat dia hanya komplementer. Ada juga yang sebaliknya, ke Bandung misalnya untuk kuliner dan belanja, melihat suasana aura kota dan daya tarik lainnya baginya hanya komplementer.

Kebudayaan (bukan seni dan budaya, karena seni juga adalah bagian dari kebudayaan), dengan demikian bisa disebut daya tarik utama, bisa juga komplementer.

Ada Daerah Tujuan wisata, sebut saja seperti Kyoto, dimana kebudayaan jadi daya tarik utamanya, yang lain jadi komplementer. Juga seperti Yogyakarta atau Bali.  Apakah di Kyoto/ Bali/ Yogya yang komplementer tidak perlu diurus? Ternyata tidak, karena saling melengkapi, karena citra destinasi itu produk kolektif.

Kita mungkin pernah mengunjungi sebuah kota atau negara yang daya tarik utamanya adalah kebudayaannya. Tapi begitu kesana, kecewa, tidak pernah mau lagi untuk kembali, karena Daerah Tujuan Wisata lainnya sangat buruk. Jalan macet, kotor, orang-orangnya tidak ramah, banyak copet dan macam-macam lagi yang membuat tidak betah.

Bagaimana dengan Kyoto misalnya? Ternyata Daerah Tujuan Wisata kebudayaannya rapih, terawat, informatif, jalannya bagus, banyak pilihan makanannya, kotanya rapi, dan lain-lain.

Jadi, meski misalnya Bandung Daerah Tujuan Wisata utamanya wisata perkotaan, tetap kita harus menata Daerah Tujuan Wisata kebudayaan untuk melengkapi dan memperkuat citra Daerah Tujuan Wisata secara keseluruhan. Misal, menata museum-museum, pertunjukan seni yang terjadual, menjaga kelestarian gedung-gedung bersejarah, dan lain-lain.

Kebudayaan (kepurbakalaan, kesejarahan, nilai tradisi, kesenian) bisa menjadi salah satu penguat daya tarik wisata kota. Malah bila pengelolaannya sangat baik, boleh jadi daya tarik wisata budaya akan menjadi daya tarik utama. Nilai tradisi (rumah adat, pakaian adat, perilaku masyarakat, makanan khas tradisional) sangat mungkin jadi daya tarik menonjol.

Sekali lagi, hanya dibutuhkan satu saja pimpinan kota/ kabupaten yang berilmu, mengerti, dan mampu mewujudkan ensemble dan menggerakan seluruh komponen budaya pariwisata secara kolektif yang membentuk citra. Melekatkan citra budaya Bandung sebagai kota seni dan budaya, hanya akan bisa terwujud sepanjang didukung oleh kebijakan dan peran pemerintah dalam upaya untuk melestarikan kebudayaannya. Pemerintah harus menyadari bahwa faktor seni dan budaya daerah dapat membentuk karakter masyarakat dan aparatur pemerintah yang tangguh mengingat seni dan budaya daerah pada dasarnya bertumpu pada nilai-nilai luhur dan religius.

Pembangunan dibidang kebudayaan daerah yang merupakan bagian dari pembangunan kepariwisataan, tidak dapat dipisahkan dari pembangunan kota atau kabupaten secara keseluruhan. Tidak sedikit misi sebuah kota atau kabupaten yang salah salah satunya adalah mengembangkan sosial budaya kota yang ramah dan berkesadaran tinggi serta berhati nurani.

Untuk mendukung visi terbut, pemerintah harus mencanangkan program prioritas pelestarian dan pengembangan seni budaya daerah melalui beberapa kegiatan, seperti: pelestarian dan pengembangan kesenian daerah, pelestarian dan pengembangan nilai-nilai tradisional, pendokumentasian sejarah, tradisi dan permainan rakyat, festival budaya daerah, pemberdayaan lingkung seni, inseminasi budaya daerah untuk remaja dan siswa sekolah, pengembangan sentra seni, pengembangan desa budaya, pasanggiri seni dan budaya, penyelenggaraan event tetap kesenian dan gelar budaya, partisipasi pertunjukkan seni dan budaya pada event regional, nasional dan internasional, kerjasama pengembangan pemanfaatan museum, dan masih banyak lagi lainnya.

Bandung sebagai Kota Seni Budaya merupakan cita-cita Pemerintah Kota Bandung sejak lama, “impian”-nya adalah masyarakat Kota Bandung yang punya martabat, kehormatan, dan harga diri. Tidak bisa disangkal, Bandung merupakan pemasok seniman dan budayawan untuk kota lain, bahkan sampai ke ajang pentas nasional dan internasional. Darah seni yang melekat telah menjadi salah satu ikon kota ini. Keterbukaan telah memperkaya keragaman budayanya.

Kebudayaan merupakan cerminan dari karakter, falsafah, dan nilai luhur Kota Bandung yang diwariskan dari generasi ke generasi. Peradaban Kota Bandung yang didalamnya mengalir darah seni dan budaya, selayaknya tidak hanya mencakup aspek “tontonan” semata, namun harus juga terdapat “tuntunan” bagi masyarakat untuk menjalankan kehidupan individu maupun kehidupan sosial mereka.

Tidak dapat dipungkiri Bandung kini telah menjadi kota multi-kultur yang potensial namun sarat dengan persoalan pelik. Diperlukan kehati-hatian dalam pengelolaannya agar potensi ini tidak terhambat dan menjadi energi positif yang dapat meningkatkan kualitas sesuai dengan tuntunan zamannya (Tjep Dahyat).

Selama hampir dua dasawarsa terakhir ini Kota Bandung mengalami perkembangan sangat menarik. Kota yang berada di Bumi Parahyangan ini kembali tampil dalam wajahnya yang senantiasa memunculkan gairah baru. Bersama dengan kreatifitas masyarakatnya, kota ini terus berusaha menyiasati persoalan kehidupan ini dengan caranya yang unik. Sejalan dengan perkembangan kotanya yang telah tumbuh sedemikian pesat.

Upaya pengembangan diwujudkan dengan adanya upaya-upaya menyetarakan bahwa pentingnya perhatian terhadap budaya tradisi sama dengan perhatian terhadap budaya kontemporer. Sejalan dengan itu dalam rangka pengembangan budaya juga perlu memperhatikan kualitas manifestasi budaya tradisi mulai dari manajemen/pengelolaan, tampilan, materi/keterampilan, dan seterusnya sehingga perjalanan budaya tradisi benar-benar bisa dinikmati karena sarat tuntunan juga menarik untuk ditonton. Itulah makna bahwa pariwisata turut berperan dalam melestarikan budaya.

(Yudhi Koesworodjati, Dosen Tetap Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pasundan dan pemerhati pariwisata).

  • Berita Terkait

    MUSIM 2024/2025, PERSIB Gandeng Brand Ini Sebagai Sponsor Baru

    JABAR PASS – PERSIB dengan bangga mengumumkan kemitraan strategis dengan vivo Indonesia, salah satu merek smartphone terkemuka, sebagai mitra sponsor baru untuk kompetisi Liga 1. Kemitraan ini akan berlangsung selama…

    UP-SKILL SDM KEPARIWISATAAN

    Oleh Yudhi Koesworodjati JABARPASS – Tidak bisa dipungkiri, realitas kasat mata SDM kepariwisataan, terutama di daerah, memang masih menyedihkan. Tampak bagaimana lemahnya satu mata rantai pelayanan bisa merusak citra secara…

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Baca Juga

    MELEKATKAN CITRA BUDAYA PARIWISATA

    • January 22, 2025
    • 18 views

    Angkringan Café Makkah Kini Jadi Salah Satu Tempat Nangkring Kawula Muda di Wilayah Bandung Timur

    • January 22, 2025
    • 10 views

    Presiden Ukraina Bertemu dengan Presiden Polandia Bicara Pertahanan Politik hingga Sanksi

    • January 21, 2025
    • 13 views
    Presiden Ukraina Bertemu dengan Presiden Polandia Bicara Pertahanan Politik hingga Sanksi

    Anies Baswedan Bertukar Gagasan Besama Mahasiswa di FPBS UPI Bandung, Kekayaan Bahasa dan Keunikan

    • January 21, 2025
    • 19 views
    Anies Baswedan Bertukar Gagasan Besama Mahasiswa di FPBS UPI Bandung, Kekayaan Bahasa dan Keunikan

    Nosferatu dari Kegelapan Dia Segera Datang, Ini Trailer dan Catat Jadwal Penampakannya, Mencekam!

    • January 20, 2025
    • 36 views
    Nosferatu dari Kegelapan Dia Segera Datang, Ini Trailer dan Catat Jadwal Penampakannya, Mencekam!

    Ini Kebijakan Libur Sekolah dan Pembelajaran Selama Bulan Ramadhan 2025

    • January 20, 2025
    • 32 views
    Ini Kebijakan Libur Sekolah dan Pembelajaran Selama Bulan Ramadhan 2025